Senin, 13 Januari 2014

Umat Islam Jangan Merayakan Tahun Baru Masehi

   Pergantian tahun saat ini memang menjadi momentum tersendiri bagi tiap orang. Tanpa dibatasi usia, agama, suku, adat, negara, status, dan lainnya, hampir seluruh manusia di bumi ini tahu dan bahagia menyambut tahun baru Masehi.
Sebagian terlihat jelas, warga banyak berduyun-duyun turun ke jalan, berpesta ria, hura-hura, atau bahkan hanya keluar rumah untuk melihat pesta kembang api di angkasa raya. Keadaan yang sedikit berbeda terjadi saat pergantian tahun baru Hijriyah.
Padahal jelas-jelas tahun baru Masehi adalah hasil dari kerja keras umat Nasrani, yang pada awalnya ingin mengingat kedatangan al-Masih (Nabi Isa a.s) sebagai tuhan sekaligus juru penyelamat bagi mereka. Dan hal ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan ajaran Islam.
  
   Tahun baru Masehi pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidakclama setelah Julius Caesar dinobatkan menjadi kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ke 7 SM.
Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang astronom dari Iskandariyah (Alexandria), yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti peredaran revolusi matahari, sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Mesir terdahulu.

   Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM, sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan pada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli dan bulan Sextilis menjadi Agustus untuk menghormati Kaisar Roma.

   Pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII (1572-1585) menambah satu hari pada bulan Februari setiap empat tahun sekali. Sehingga bulan Februari memiliki 29 hari pada tahun kabisat (tahun keempat), yang membuat tahun tersebut mempunyai 366 hari. Penanggalan versi Katolik Paus Gregorius XIII ini menetapkan tahun kelahiran Yesus Kristus sebagai awal tahun Masehi. Dengan diperkenalkannya Kalender Gregorius ini, tahun baru Romawi jatuh pada tanggal tersebut sejak tahun 153 SM. Sejak tahun 1582, negara-negara yang penduduknya beragama Katolik Roma mulai merayakan tahun baru ini tanggal 1 Januari.

   Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa perayaan tahun baru dimulai orang-orang kafir dan sama sekali bukan dari Islam. Perayaan tahun baru ini terjadi pada pergantian tahun kalender Gregorian sejak dulu telah dirayakan oleh orang-orang kafir. Namun, apa boleh buat, ibarat nasi telah menjadi bubur, kebiasaan ini tampakanya cukup sulit untuk dihentikan jika tidak ada upaya keras untuk menggantinya.
Pengenalan Nabi Muhammad yang benar, jelas, dan tak setengah-setengah, lagi-lagi dinilai mampu menjadi solusi utama yang kiranya menciptakan tonggak keimanan setiap Muslim di dunia, khususnya dalam mengatasi bahaya kerusakan iman dan moral, yang bisa berawal dari fenomena seperti ini.

   Merayakan tahun baru masehi sama saja mengamini perayaan yang telah diharamkan oleh Allah SWT. Nabi Muhammad bersabda pada orang-orang jahiliyah : "Dulu kalian memiliki dua hari untuk bersenang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fitri dan Idul Adha".
Beliau bersabda demikian dikarenakan sebelumnya, kaum jahiliyah memiliki dua hari yang digunakan untuk bersenang-senang, yaitu hari Nairuz dan Mihrojan.

[01]

Dikutip dari Majalah Gontor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar